Pagi ini cuaca cerah, matahari bersinar terang
dan tidak terlalu terik. Sekawanan semut berlomba-lomba keluar dari sarang nya,
seperti biasa mereka akan mencari makan. Uniknya, mereka tidak mencari
sendiri-sendiri, namun bergerombol untuk bergotong royong mencari makanan.
Seekor semut yang besar berjalan paling depan, ternyata Ia adalah komandan dari
kawanan tersebut.
Mereka bernyanyi riang sepanjang perjalanan.
Mereka menuruni pohon liar di hutan, kemudian menyusuri daun-daun kering yang
gugur, dan melewati tanah-tanah lembab karena hujan semalam. Akhirnya mereka
sampai pada jalan setapak yang biasa dilalui para manusia untuk berlalu lalang.
Dari
kejauhan terlihat dua anak laki-laki sedang duduk di atas bongkahan batu besar
di tepi jalan. Mereka terlihat sedang
menikmati makanan ringan. Dari radius beberapa meter, komandan semut sudah bisa
mencium aroma serpihan makanan ringan yang terjatuh ke atas tanah.
“Teman-teman,
mari kita ke sana. Sepertinya ada makanan untuk hari ini.” Kata Komando semut
memberikan isyarat kepada anak buahnya.
Anak buah nya merespon cepat dan mereka segera
berjalan mendekati dua anak laki-laki tadi. Dari arah berlawanan, terlihat
sekawanan semut lain yang juga sedang berjalan ke arah bongkahan batu itu,
sepertinya mereka mempunyai tujuan yang sama.
Sesampainya
di sana, dua kawanan semut sama sama menghentikan langkah sejenak.
“Ini
adalah bagian kami, kami melihatnya terlebih dahulu.” Seru salah satu semut
dari kawanan yang pertama.
“Tidak.
Komandan kami melihat nya terlebih dahulu, makanan ini milik kami.” Seru semut
dari kawanan yang kedua.
“Komandan
kami yang memberitahu bahwa disini ada makanan, jadi ini makanan kami.” Seru
semut yang lain dari kawanan pertama.
Untuk beberapa saat terjadilah adu kepemilikan
antara kawanan pertama dan kawanan kedua.
“Bagaimana
kalau makanan ini kita bagi dua?” Usul komandan semut pertama untuk meredakan perselisihan
anak buah nya.
“Tidak
bisa, ini semua milik kami komandan” Jawab salah satu anak buahnya.
“Iya
benar” sahut yang lain ikut membenarkan.
Kawanan semut kedua tampak sedang berdiskusi,
sementara kawanan semut pertama bersikeras bahwa makanan tersebut sepenuhnya
milik mereka.
“Baiklah,
kami setuju makanan itu dibagi menjadi dua bagian.” Ucap komandan semut kedua.
“Tapi
bagian kami lah yang paling banyak.” Seru kawanan semut pertama.
“Benar,
kami mendapatkan ¾ bagian dari makanan ini, dan kalian ¼ nya, bagaimana?” Seru
semut semut dari kawanan pertama.
“Tidak,
kami yang seharusnya mendapat ¾.” Sahut kawanan semut kedua.
“Sudah
teman-teman. Supaya adil, bagaimana kalau kita membagi makanan tersebut sesuai
dengan jumlah semut yang ada dalam tiap kelompok?” Usul komandan semut dari
kawanan kedua.
“Saya
setuju kawan, kelompok yang jumlah semutnya lebih banyak, berhak mendapatkan
makanan yang lebih banyak pula, supaya semuanya mendapat bagian rata. Karena
sejatinya, hakikat adil bukan terletak pada persamaan, akan tetapi tepat pada
kebutuhan.” Jawab Komandan pertama.
Akhirnya semua semut pun setuju dengan usul
komandan mereka. Semut pertama mendapatkan ¼ bagian karena jumlah mereka yang
memang sedikit.
Mereka
pun berkerja sama membelah makanan menjadi dua bagian sesuai kesepakatan, dan
mereka pulang dengan riang karena berhasil membawa makanan pulang, dan
mendapatkan pelajaran tentang arti adil yang sesungguhnya dari peristiwa
tersebut.
Mereka
bangga mempunyai pemimpin yang adil dan mampu menularkan sifat arif nya kepada
anak buah nya.
Bagaimana
dengan kita? Sudahkah kita bersikap adil kepada sesama?